Sabtu, 28 Januari 2012

ASKEP Gangguan Konsep Diri : Peran



ASUHAN KEPERAWATAN
PADA TN. T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : PERAN
DI RUANG MELATI KAMAR 1
RSUP FATMAWATI


Disusun Oleh :

         1.     Ajeng Putri Pramestu
         2.     Dewi Apriyani
         3.     Estiana Permadi
         4.     Hilda Fadillah
         5.     Irma Yuniar Imran Azhari
         6.     Mardianto
         7.     Sella Elviana
         8.     Umi Prisma Yanti
AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI
JAKARTA 2011 / 2012




BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar belakang
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial-spiritual yang unik dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungan. Klien masuk ke Rumah Sakit dan dirawat mengalami stress fisik dan mental baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Pada Hieraki dalam kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
Adapun pengertian dari konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. Konsep diri terdiri dari beberapa komponen yaitu gambaran diri, ideal diri, haraga diri, penampilan peran dan identitas.  Tanda dan gejala seseorang dengan gangguan konsep diri yaitu cenderung kurang percaya diri, malu memandang dirinya sendiri, menganggap dirinya kurang berharga dan cenderung menarik diri dari kontak sosial. Bila hal tersebut  tidak segera ditangani akan berdampak yang sangat negatif, seperti malas melakukan aktifitas perawatan diri, resiko mencederai diri bahkan perilaku bunuh diri.
Melihat dampak yang diakibatkan sangat berbahaya, maka dalam hal ini dibutuhkan peran perawat baik sebagai pendidik dan pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan berorientasi pada kebutuhan bio-psiko-sosial-spiritual. Dalam fungsinya perawat juga berorientasi sebagai team kesehatan serta mampu menempatkan keluarga klien sebagai support system dalam mencapai tujuan yang maksimal.
Berdasarkan hal di atas maka kelompok tertarik untuk mengangkat kasus fiktif yaitu ”Asuhan  Keperawatan pada Tn. T. dengan Gangguan Konsep Diri: Peran di Ruang 1 RSUP Fatmawati” sebagai judul makalah kelompok.
B.            Tujuan penulisan
1.      Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memahami gangguan konsep diri: peran.
2.      Tujuan Khusus
Diharapkam mahasiswa mampu :
a.       Memahami konsep dasar psikososial
b.      Menjelaskan pengkajian keperawatan pada klien dengan gangguan kebutuhan psikososial
c.       Menjelaskan diagnosa keperawatan dengan kebutuhan psikososial
d.      Menjelaskan perencanaan keperawatan dengan kebutuhan psikososial
e.       Menjelaskan intervensi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
f.       Menjelaskan evaluasi keperawatan dengan kebutuhan psikososial
C.           Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Metode Studi Kasus Fiktif
Berdasarkan dari kasus fiktif mengenai gangguan konsep diri: peran pada Tn. T di ruang melati kamar 1 RSUP Fatmawati dengan post operasi kaki kiri.
2.      Metode Kepustakaan
Dalam membahas kasus tersebut, penulis menggunakan studi kepustakaan dari berbagai literatur yang berkaitan dengan kasus fiktif pada klien dengan gangguan konsep diri.
D.           Sistematika penulisan
Penulisan makalah ini terdiri dari empat bab yang terdiri dari: BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. BAB II Tinjauan Teori yang terdiri dari: konsep dasar dan asuhan keperawatan. BAB III Tinjauan Kasus yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan, implmentasi serta evaluasi keperawatan. BAB IV Penutup yang terdiri dari: kesimpulan dan saran.


BAB II
LANDASAN TEORI
A.           Konsep Dasar
1.      Pengertian
Manusia adalah makhluk bio-psiko-sosial yang unik dan menerapkan sistem terbukaserta saling berintegrasi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, keadaan ini disebut sehat. Sedangkan seseorang dikatakan sakit apabila gagal dalam mempertahankan keseimbangan diri dan lingkungannya. (Tarwoto, 2003)
Klien masuk kerumah sakit dan dirawat mengalami stres fisik dan mental baik dari diri sendiri, lingkungan maupun keluarga.
Kebutuhan Maslow dinyatakan bahwa tingkat yang paling tinggi dalam kebutuhan manusia adalah tercapainya aktualisasi diri. Untuk mencapai aktualisasi diri diperlukan konsep diri yang sehat.
Konsep diri adalah semua perasaan, kepercayaan dan nilai yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain. Konsep diri berkembang saat bayi mulai mengenal dan membedakan dirinya dengan orang lain. (Tarwoto, 2003)
2.      Komponen Konsep Diri
Komponen-komponen konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) terdiri dari:
a.       Citra Tubuh ( Body Image )
Adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar, mencangkup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, dan fungsi penampilan tubuh saat ini dan masa lalu.
b.      Ideal Diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berprilaku sesuai dengan standar prilaku. 
c.       Harga Diri
Adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh mana perilaku memenuhi ideal diri. Harga diri diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
d.      Peran Diri
Adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat.
e.       Identitas Diri
Adalah kesadaran akan dirinya sendiri yang bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesis dari semua aspek konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a.    Tingkat perkembangan dan kematangan
Perkembangan anak yaitu dukungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan mempengaruhi konsep dirinya.
b.    Budaya
Pada usia anak-anak dan nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuannya, kelompoknya dan lingkungannya. Orang tua yang bekerja seharian akan membawa anak lebih dekat pada lingkungannya.
c.    Sumber eksternal dan internal
Sumber internal misalnya orang yang humoris koping individunya lebih efektif. Sumber eksternal misalnya adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat.
d.   Pengalaman sukses dan gagal
Ada kecenderungan bahwa riwayat sukses akan meningkatkan konsep diri demikian sebaliknya.
e.    Stresor
Dalam kehidupan misalnya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan. Jika koping individu tidak adekuat maka akan menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
f.     Usia
Keadaan sakit dan trauma misalnya usia tua, keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi dirinya.
4.      Kriteria kepribadian yang sehat
Kriteria-kriteria kepribadian yang sehat menurut (Tarwoto, 2003) adalah sebagai berikut:
a.    Citra tubuh positif dan akurat
Kesadaran akan diri berdasar atas observasi mandiri dan perhatian yang sesuai akan kesehatan diri. Termasuk persepsi saat ini dan masa lalu.
b.    Ideal dan realitas
Individu mempunyai ideal diri yang realitas dan mempunyai tujuan hidup yang dapat dicapai.
c.    Konsep diri yang positif menunjukan bahwa individu akan sesuai dalam hidupnya.
d.   Seseorang yang mempunyai harga diri yang tinggi akan memandang dirinya sebagai seseorang yang berarti dan bermanfaat.
e.    Kepuasan penampilan peran
Individu yang mempunyai kepribadian sehat akan dapat berhubungan dengan orang lain, secara intim dan mendapat kepuasan. Ia dapat mempercayai dan terbuka pada orang lain dan membina hubungan interdependen.
f.     Identitas jelas
Individu merasakan keunikan dirinya yang memberi arah kehidupan dalam mencapai tujuan.
5.      Karakteristik konsep diri rendah
Menurut (Carpenito, 1995 dalam Tarwoto, 2003) adalah:
a.         Menghindari sentuhan atau melihat bagian tubuh tertentu.
b.        Tidak mau berkaca
c.         Menghindari diskusi tentang topik dirinya
d.        Menolak usaha rehabilitasi
e.         Melakukan usaha sendiri dengan tidak tepat
f.         Mengingkari sssperubahan pada dirinya
g.        Peningkatan ketergantungan pada dirinya
h.        Tanda dari keresahan seperti marah, keputusasaan dan menangis
i.          Menolak berpartisipasi dalam perawatan dirinya
j.          Tingkah laku yang merusak seperti penggunaan obat-obatan dan alkohol
k.        Menghindari kontak sosial
l.          Kurang bertanggung jawab
6.      Faktor resiko gangguan konsep diri
Faktor resiko gangguan konsep diri menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.      Gangguan identitas diri
1)      Perubahan perkembangan
2)      Trauma
3)      Jenis kelamin yang tidak sesuai
4)      Budaya yang tidak sesuai
b.      Gangguan citra tubuh (Body image)
1)      Hilangnya bagian tubuh
2)      Perubahaan perkembangan
3)      Kecacatan
c.       Gangguan harga diri
1)      Hubungan interpersonal yang tidak hurmonis
2)      Kegagalan perkembangan
3)      Kegagalan mencapai tujuan hidup
4)      Kegagalan dalam mengikuti aturan moral
d.      Gangguan peran
1)      Kehilangan peran
2)      Peran ganda
3)      Konflik peran
4)      Ketidakmampuan menampilkan peran
7.      Stress dan Adaptasi
Menurut (Tarwoto, 2003) stress merupakan bagian dari kehidupan yang mempunyai efek positif dan negatif yang disebabkan karena perubahan lingkungan. Sedangkan stresor berasal dari internal, yang artinya sesuatu yang dapat menyebabkan seseorang mengalami stress. Misalnya perubahan hormon, sakit maupun eksternal seperti temperatur dan pencernaan.
Perubahan dari suatu keadaan dari respons akibat stresor disebut adaptasi. Respon yang tidak disadari pada saat tertentu disebut respons koping. Contoh adaptasi yaitu optimalnya semua fungsi tubuh, pertumbuhan dan perkembangan normal, normalnya reaksi antara fisik dan emosi, kemampuan mentolelir perubahan situasi.
8.      Fisiologi
Menurut (Tarwoto, 2003) tubuh selalu berinteraksi dan mengalami langsung dengan lingkungan, baik lingkungan internal seperti pengaturan peredaran darah, pernafasan eksternal seperti cuaca dan suhu yang kemudian menimbulkan respons normal atau tidak normal. Keadaan dimana terjadi mekanisme relatif untuk mempertahankan fungsi normal disebut homeostatis. Homeostatis terbagi 2, yaitu homeostatis fisiologis misalnya respons adanya peningkatan pernafasaan saat berolahraga dan homeostatis psikologis misalnya perasaan mencintai dan dicintai, perasaan aman dan nyaman.
9.      Respons Fisiologis Terhadap Stres
Respon fisiologis terhadap stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.       Local Adaptation Syndrome (LAS) yaitu respons lokal tubuh terhadap stresor misalnya kalau kita menginjak paku maka secara refleksi kaki akan diangkat.
b.      General Adaptation Syndrome (GAS) yaitu reaksi menyeluruh terhadap stresor yang ada. Melalui tiga fase yaitu:
1)        Fase reaksi peringatan
Ditandai oleh peningkatan akfivitas neuroendokrin yang berupa peningkatan pembuluh darah, nadi, pernafasaan, metabolisme, glukosa, dan dilatasi pupil.
2)        Fase resisten
Fungsi kembali normal, adanya LAS, adanya koping dan mekanisme pertahanan.
3)        Fase kelelahan
Ditandai dengan adanya vasodilatasi, penurunan tekanan daraah, panik, kritis.
10.  Respons Psikologis Terhadap Stress
Menurut (Tarwoto, 2003) respons psikologis terhadap stres dapat berupa depresi, marah dan kecemasan. Kecemasan adalah respons emosional terhadap penilaian, misalnya cemas mengikuti ujian karena khawatir nilainya jelek. Tingkat kecemasan ada 4, yaitu:
a.       Cemas ringan
Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa sehari  -hari. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Respon ini seperti sesekali bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, gejala ringan pada lambung, muka berkerut dan bibir bergetar, lapang persepsi meluas, konsentrasi pada masalah, duduk tidak tenang.
b.      Cemas sedang
Tingkat ini persepsi masalah menurun. Individu lebih memfokuskan terhadap hal-hal yang penting. Respon cemas seperti sering bernafas pendek, nadi dan tekanan darah naik, mulut kering, anoreksia, gelisahm rangsangan luar tidak mampu diterima. Susah tidur dan perasaan tidak enak.
c.       Cemas berat
Tingkat ini lahan persepsi sangat sempit. Cenderung hanya memikirkan hal yang kecil saja mengabaikan hal lain. Tidak mampu berfikir berat dan harus lebih banyak pengarahan/tuntutan. Respon ini seperti napas pendek, nadi dan tekanan darah meningkat, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan kabur, ketegangan, lapang persepsi sangat sempit, tidak mampu menyelesaikan masalah, bloking, perasaan ancaman meningkat.
d.      Panik
Tahap ini persepsi telah menggangu sehingga individu tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa, walau sudah diberikan pengarahan. Respons panik seperti napas pendek, rasa tercekik, palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, lapang persepsi sangat sempit, tidak dapat berfikir logis, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan kendali dan persepsi kacau.
11.  Faktor-Faktor yang Dapat Menimbulkan Stress
Faktor-faktor yang dapat menimbulkan stress menurut (Tarwoto, 2003) adalah:
a.       Lingkungan yang asing
b.      Kehilangan kemandirian sehingga mengalami ketergantungan dan memerlukan bantuan orang lain
c.       Berpisah dengan pasangan dan keluarga
d.      Masalah biaya
e.       Kurang informasi
f.       Ancaman akan penyakit yang lebih parah
g.      Masalah pengobatan
12.  Kehilangan Dan Berduka
Menurut (Tarwoto, 2003) kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Sedangkan berduka adalah respons emosi yang di ekspresikan terhadap kehilangan yang dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak napas, susah tidur dan lainnya. Dalam menghadapi kehilangan, individu dipengaruhi oleh:
a.       Bagaimana persepsi individu terhadap kehilangan
b.      Tahap perkembangan
c.       Kekuatan/koping mekanisme
d.      Support system
Menurut (Tarwoto, 2003) fase-fase dari reaksi berduka adalah sebagai berikut:
a.       Fase pengingkaran (denial)
Perasaan tidak percaya, syok, biasanya ditandai dengan menangis, gelisah, lemah, letih dan pucat.
b.      Fase marah (anger)
Perasaan ini dapat diproyeksikan pada orang atau benda yang ditandai dengan muka merah, suara keras, tangan mengepal, nadi cepat, gelisah dan prilaku agresif.
c.       Fase tawar-menawar (bargaining)
Individu menunjukan sikao menarik diri, tidak mau bicara, putus asa. Perilaku yang muncul seperti menolak makan, susah tidur, dan dorongan libido menurun.
d.      Fase menerima (acceptance)
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang berpusat pada objek kehilangan mulai berkurang.
B.            Asuhan keperawatan
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan psikososial menurut Tarwoto, 2003 adalah sebagai berikut:
1.      Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan psikososial adalah:
a.      Status emosional
1)      Apakah emosi sesuai perilaku?
2)      Apakah klien dapat mengendalikan emosi?
3)      Bagaimana perasaan klien yang tampil seperti biasanya?
4)      Apakah perasaan hati sekarang merupakan ciri khas klien?
5)      Apa yang klien lakukan jika marah atau sedih?
b.      Konsep diri
1)      Bagaimana klien menilai dirinya sebagai manusia?
2)      Bagaimana orang lain menilai diri klien?
3)      Apakan klien suka akan dirinya?
c.       Cara komunikasi
1)      Apakah klien mudah merespon?
2)      Apakah spontanitas atau hanya jika ditanya?
3)      Bagaimana perilaku non verbal klien dalam berkomunikasi?
4)      Apakah klien menolak untuk memberi respons?
d.      Pola interaksi
1)      Kepada siapa klien mau berinterkasi?
2)      Siapa yang paling penting atau berpengaruh bagi klien?
3)      Bagaimana sifat asli klien: mendominasi atau positif?
e.       Pendidikan dan pekerjaan
1)      Pendidikan terakhir
2)      Keterampilan yang mampu dilakukan
3)      Pekerjaan klien
4)      Status keuangan
f.       Hubungan sosial
1)      Teman dekat klien
2)      Bagaimana klien menggunakan waktu luang?
3)      Apakah klien berkecimpung dalam kelompok masyarakat?
g.      Faktor kultur sosial
1)      Apakah agama dan kebudayaan klien?
2)      Bagaimana tingkat pemahaman klien tentang agama?
3)      Apakah bahasa klien memadai untuk berkomunikasi dengan orang lain?
h.      Pola hidup
1)      Dimana tempat tinggal klien?
2)      Bagaimana tempat tinggal klien?
3)      Dengan siapa klien tinggal?
4)      Apa yang klien lakukan untuk meyenangkan diri?
i.        Keluarga
1)      Apakah klien sudah menikah?
2)      Apakah klien sudah mempunyai anak?
3)      Bagaimana status kesehatan klien dan keluarga?
4)      Masalah apa yang terutama dalam keluarga?
5)      Bagaimana tingkat kecemasaan klien?
2.      Diagnosa
Diagnosa keperawatan pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah sebagai berikut:
a. Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
b. Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
c.   Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
d.   Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
3.      Intervensi
Intervensi pada klien menurut Tarwoto tahun 2003 adalah:
a.       Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah b.d kesehatan.
Tujuan: Klien menunjukkan harga diri yang positif.
Kriteria Hasil: 
1)      Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2)      Klien merasa percaya diri.
3)      Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)      Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
2)      Kaji penyebab gangguan harga diri rendah.
3)      Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4)      Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5)      Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6)      Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7)      Berikan reinforcement yang positif.
b.      Gangguan konsep diri: Body Image b.d hilangnya bagian tubuh.
Tujuan: Gambaran diri klien positif.

Kriteria Hasil: 
1)      Klien menyukai anggota tubuhnya.
2)      Klien tidak merasa malu.
3)      Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi: .
1)      Binalah  hubungan saling percaya.
2)      Kajilah penyebab gangguan body image.
3)      Kajilah kemampuan yang dimiliki klien.
4)      Eksplorasi aktivitas baru yang dapat dilakukan.
5)      Berikan dukungan yang positif dan dukungan emosi.
6)      Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
c.       Gangguan konsep diri: Perubahan Peran b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat melakukan perannya.
Kriteria Hasil: 
1)      Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2)      Klien merasa percaya diri.
3)      Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)      Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
2)      Kaji penyebab perubahan peran.
3)      Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4)      Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5)      Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6)      Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7)      Berikan reinforcement yang positif.
d.      Gangguan konsep diri: Identitas Diri b.d kesehatan.
Tujuan: Klien dapat menidentifikasi identitasnya yang positif.
Kriteria Hasil: 
1)      Klien tidak merasa malu dengan kondisinya.
2)      Klien merasa percaya diri.
3)      Klien mau berinteraksi dengan orang lain.
Intervensi:
1)      Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
2)      Kaji penyebab gangguan identitas diri klien.
3)      Berikan dukungan emosi untuk klien/orang terdekat selama tes diagnostik.
4)      Sampaikan hal-hal positif secara mutlak.
5)      Gunakan sentuhan tangan jika diterima.
6)      Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7)      Berikan reinforcement yang positif.
4.      Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan berdasarkan intervensi/rencana yang telah dibuat dan sesuai dengan kondisi klien.
5.      Evaluasi
a. Klien menunjukkan harga diri yang positif.
b. Gambaran diri klien positif.
  

BAB III

                                                 TINJAUAN KASUS

PENGKAJIAN
A.           IDENTITAS KLIEN
Initial                 : Tn. T
Umur                 : 26 Th
Alamat               : JL. Cipete, No: 17, RT: 21, RW: 13, Jakarta Selatan
Agama               : Islam
Informan            : Keluarga dan klien
B.            ALASAN MASUK RS
Tn. T masuk Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati pada tanggal 13 Desember 2011 karena kecelakaan sepeda motor.
C.           PEMERIKSAAN FISIK
1.      Tanda vital               : TD : 130/80 mmHg, 
                                        N : 82x/mnt, 
                                        S : 36,6 C,
 RR : 19x/mnt
2.      Ukur                       : TB : 165 cm, BB : 50 kg
3.      Keluhan fisik           : ( √ ) ya
Jelaskan
DS:   Klien mengatakan : nyeri di sekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri, dengan skala nyeri 8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5 menit, nyerinya timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.
DO : Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.
D.           PSIKOSOSIAL
1.      Konsep Diri
a.       Gambaran diri
DS:      Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus, rambutnya lurus hitam, dan kulitnya hitam.
DO:     Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi, kurus dan klien tampak malu dengan kondisinya saat ini.
b.      Identitas Diri
DS:     Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan klien mengatakan namanya Tn. T, umur 26 th, dan beragama islam.
DO:     Klien tampak mampu menyebutkan nama, jenis kelamin, umur dan agama dengan benar dan Klien adalah seorang laki-laki.
c.       Peran
DS:     Klien mengatakan: Cemas karena klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagai ayah dari tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam mencari nafkah.
DO:     Klien terlihat sering termenung melihat kakinya saat ini dan saat keluarga datang berkunjung, klien tampak lebih banyak diam.
d.      Ideal diri
DS:     Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.
DO:     Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya tampak muram.
e.       Harga diri 
DS   :  Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan merasa dirinya sudah tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya, khawatir bagaimana dengan pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek yang harus menghidupi keluarganya.
DO  :   Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat keluarganya datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka.
Masalah keperawatan : Harga Diri Rendah.
2.      Hubungan Sosial :
a.       Orang yang Berarti
DS    :  Klien mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti baginya juga keluarga adalah hal yang terpenting dalam kehidupannya.
DO   :  Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara nada suara klien bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan  air mata.
b.      Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat :
DS   : Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien bekerja sebagai tukang ojek dan aktif dalam kegiatan masyarakat.
DO  :   Klien terlihat sering dikunjungi oleh rekan-rekan organisasinya.
c.       Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
DS   : Klien mengatakan malu bertemu dengan orang lain.
         DO   : Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak jarang berbincang-bincang dengan pasien lain.
Masalah keperawatan : Isolasi Sosial.
3.      Spiritual
a.       Nilai dan keyakinan :
DS   :  Klien mengatakan seorang muslim dan mengatakan sejak dirawat di rumah sakit jarang melakukan ibadah sholat.
      DO   :  Klien terlihat tidak melakukan shalat 5 waktu.
b.      Kegiatan Ibadah :
DS    :  Klien mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi.
DO  :  Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan terlihat tidak pernah berdoa.
Masalah keperawatan : Distress spiritual.
4.      Sistem pendukung :
YA      TIDAK                                   YA      TIDAK
Keluarga      ( √ )       (    )        Teman sejawat         ( √ )     (    )
Profesional   ( √ )       (    )        Kelompok sosial      ( √ )     (    )
DS    :  Klien mengatakan keluarga, perawat, teman dan tetangganya selalu memberi motivasi  untuknya.
DO  :  Klien terlihat sangat semangat setelah mendapat dukungan oleh semua pihak
Masalah keperawatan : Tidak ada
5.      Mekanisme Koping
Adaptif                                                                   Maladaptif
( √ ) Bicara dengan orang lain                     ( - ) Minum alcohol
( - ) Mampu menyelesaikan masalah           ( - ) Reaksi lambat/berlebih
( √ ) Teknik relaksasi                                 ( - ) Bekerja berlebihan
( - ) Aktifitas konstruksi                              (√ ) Menghindar
( - ) Lain-lain                                              ( - ) Mencederai diri
Masalah keperawatan : Tidak ada
E.            ASPEK MEDIK
Diagnosa medik    : Post operasi amputasi kaki kiri
Terapi Medik        :  Analgetik

                   Jakarta,  Desember 2011


 Kelompok 1


DATA FOKUS

           Nama / Umur             : Tn.T / 26 thn
           Ruang / Kamar          : Melati / I

DATA SUBJEKTIF
DATA OBJEKTIF
Klien mengatakan nyeri disekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri, dengan skala nyeri 8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5 menit, nyerinya timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.

Klien mengatakan kaki kirinya sudah tidak ada, badannya kurus, rambutnya lurus hitam, dan kulitnya hitam.

Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki dan klien mengatakan namanya Tn. T, umur 26 th, dan beragama islam.

Klien mengatakan : Cemas karena klien tidak mampu melaksanakan perannya sebagai ayah dari tujuh orang anak yang masih kecil-kecil dalam mencari nafkah.

Klien mengatakan sangat berharap dapat melakukan aktivitas seperti dulu lagi.

Klien mengatakan : Malu, memikirkan kakinya yang sudah tidak ada dan merasa dirinya sudah tidak berarti lagi, takut ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya, khawatir bagaimana dengan pekerjaannya nanti karena klien adalah tukang ojek yang harus menghidupi keluarganya.

Klien mengatakan istri dan anaknya adalah orang yang berarti baginya juga keluarga adalah hal yang terpenting dalam kehidupannya.

Keluarga klien mengatakan sebelum sakit klien bekrja sebagai tukang ojek dan aktif dalam kegiatan masyarakat.

Klien mengatakan malu bertemu dengan orang lain.

Klien mengatakan seorang muslim dan mengatakan sejak dirawat di rumah sakit jarang melakukan ibadah sholat.

Klien mengatakan malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi.
Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.

Klien terlihat melamun, kaki kirinya diamputasi, kurus dan klien tampak malu dengan kondisinya saat ini.

Klien terlihat lebih banyak diam dan raut wajahnya tampak muram.

Klien terlihat malu, sering menunduk dan terlihat lebih banyak diam saat keluarganya datang dan ketika perawat akan melakukan perawatan luka.

Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya, saat berbicara nada suara klien bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan  air mata.

Klien terlihat diam jika ada orang lain menjenguk dan tampak jarang berbincang-bincang dengan pasien lain.

Klien terlihat tidak melakukan shalat 5 waktu.
Klien terlihat tidak melaksanakan sholat sebagai seorang muslim dan terlihat tidak pernah berdoa.

Klien terlihat sangat semangat setelah mendapat dukungan oleh semua pihak



  
ANALISA DATA

     Nama / Umur                 : Tn.T / 26 thn
     Ruang / Kamar               : Melati / 1

NO
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
PARAF
1
DS:
Klien mengatakan nyeri disekitar luka bekas operasi amputasi di kaki kiri, dengan skala nyeri 8, dengan karakteristik seperti tertusuk-tusuk, dengan intensitas terus-menerus selama ±5 menit, nyerinya timbul saat merubah posisi dan berkurang jika relaksasi napas dalam dan distraksi.

DO:
Klien terlihat meringis dan memegangi daerah dekat luka post op.
Tanda vital: TD : 130/80 mmHg, N : 82x/mnt, S : 36,6 ˚C, RR : 19x/mnt
Diagnosa medik : Post operasi amputasi kaki kiri
Terapi medik     : analgetik.
Luka post operasi amputasi kaki kiri
Nyeri
Kelompok I
2
DS:
Klien mengatakan :
-          Badannya terasa lemas
-          Sudah 2 hari tidak dapat tidur karena memikirkan luka post operasi pada kakiu kirinya
DO:
Klien terlihat:
-          wajahnya pucat
-          Mata klien terlihat cekung dan terdapat lingkaran hitam pada kelopak mata bagian bawah.
-          Klien kadang terlihat menguap.
-          Klien tampak lemas.
Nyeri di sekitar kaki kiri
Gangguan kebutuhan istirahat & tidur
Kelompok I
3
DS:
Klien mengatakan :
-          Tidak nafsu makan
-          Badannya terasa lemas

DO:
-          Klien terlihat hanya makan ½ dari porsi yang disediakan di rumah sakit.
-          Klien tampak lemas.
-          Tanda-tanda vital : TD = 130/80 MmHg, Nadi = 82x/mnt, RR = 19x/mnt, S = 36,6ºC
-          TB : 165 cm, BB : 50 kg
-          Konjungtiva tampak anemis.
Intake yang tidak adekuat : anoreksia
Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Kelompok I














4
































DS:
Klien mengatakan :
-          malu dan sedih dengan kondisinya saat ini.
-          malu bertemu dengan orang lain
-          dirinya sudah tidak berarti lagi
-          cemas, dan siapa yang akan mengurus anak dan istrinya kalau tidak sembuh penyakitnya dan beraktifitas seperti keadaan normal.
-          cemas memikirkan penyakitnya
-          malas untuk beribadah pada waktu sakit karena merasa frustasi.
-          terdapat benjolan di kaki sebelah kiri.

DO:
-          Klien tampak malu dengan kondisinya saat ini.
-          Klien terlihat melamun.
-          Klien terlihat sedih karena tidak bisa beraktifitas seperti dulu.
-          Klien terlihat raut wajahnya tampak muram.
-          Klien terlihat tidak bersemangat
-          Klien terlihat malu bertemu dengan orang lain.
-          Klien terlihat diam.
-          Klien terlihat sedih saat mengatakan hal mengenai keluarganya.
-          Saat berbicara nada suara klien bergetar dan mata klien terlihat mengeluarkan air mata.
-          Terdapat benjolan pada kaki sebelah kiri.
-          Postur tubuh klien tinggi, kurus.
Perubahan status kesehatan: post op amputasi kaki kiri




























Gangguan konsep diri: Peran



























Kelompok I

































DIAGNOSA

         Nama / Umur                 : Tn. T / 26 thn
         Ruang / Kamar               : Melati / I

NO
MASALAH DIAGNOSA
TANGGAL
NAMA
Keperawatan
Ditemukan
Teratasi
Jelas
1


2

3



4

Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d pertumbuhan jaringan abnormal di kaki kiri.

Gangguan istirahat dan tidur b.d nyeri disekitar kaki kiri.

Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat : anoreksia.

Gangguan konsep diri : peran, harga diri rendah, body image b.d post operasi amputasi kaki kiri.
13 Desember 2011



13 Desember 2011


13 Desember 2011





13 Desember 2011
15 Desember 2011



15 Desember 2011


15 Desember 2011





15 Desember 2011
Kelompok I



Kelompok I


Kelompok I





Kelompok I



INTERVENSI

                      Nama / Umur              : Tn. T / 26 thn
                      Ruang / Kamar            : Melati / I
                        Meliputi tindakan keperawatan independen dan interpenden

Tanggal
NO Dx
Data
Rencana tindakan
Rasional
Paraf
13 Des 2011

1
Tujuan :
Nyeri klien berkurang setelah dilakukan tindakan intervensi dalam waktu 3 x 24 jam.
KH :
- Nyeri klien berkurang
- Klien merasa lebih nyaman
- Klien tidak terlihat kesakitan
- Klien menjadi lebih rileks
- TTV : TD = 130/80mmHg, Nadi = 82x/mnt, RR = 18x/mnt, S = 36,6 ºC

1.      Kaji keluhan nyeri klien perhatikan intensitas skala nyeri (1-10).
2.      Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan.
3.      Anjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan serta distraksi terhadap nyeri.
4.      Atur posisi yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
5.      Kaji TTV meliputi TD, Nadi, RR dan suhu.
6.      Kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik sesuai program.
1.   Membantu dalam mengidentifikasi rasa ketidak nyamanan : nyeri.

2.   Meningkatkan relaksasi dan meningkatkan rasa nyaman klien.


3.   Mengalihkan perhatian klien dan mengurangi rasa nyeri.

4.   Meningkatkan kenyamanan klien dan mengurangi peningkatan rasa nyeri.
5.   Peningkatan frekuensi nadi indikasi adanya nyeri.
6.   Mengurangi rasa nyeri.
Kelompok I
13 Des 2011


2
Tujuan :
Kebutuhan istirahat dan tidur klien kembali terpenuhi setelah dilakukan intervensi dalam waktu 3 x 24 jam.
KH :
-       Badan klien menjadi segar
-       Klien dapat tidur 6 – 8 jam setiap malam
-       Klien menjadi rileks dan lebih nyaman
-       Mata klien tidak terdapat lingkaran hitam bawah di bawah mata
-       Wajah klien telihat tidak pucat
-       Klien tidak menguap.
-       Klien tidak tampak lemas.
1.   Lakukan kajian gangguan masalah tidur, karakteristik, dan penyebab kurang tidur klien.
2.   Lakukan mandi air hangat sebelum tidur.
3.   Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.

4.   Berikan susu hangat sebelum tidur.
5.   Jaga ketenangan lingkungan klien.


6.   Kolaborasi dengan dokter : pemberian obat tidur, seperti diazepam.
1.   Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana keperawatan.

2.   Meningkatkan relaksasi otot untuk beristirahat.
3.   Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas istirahat.
4.   Meningkatkan kelelapan tidur.

5.   Lingkungan yang tidak tenang dapat mengganggu kebutuhan istirahat.
6.   Meningkatkan kebutuhan istirahat dan tidur.
Kelompok I
13 Des 2011


3
Tujuan :
Nutrisi klien kembali terpenuhi dalam waktu 3 x 24 jam.
KH :
- Nafsu makan klien bertambah
- Klien menghabiskan 1 porsi makanan yang diberikan rumah sakit
- Badan klien tidak lemas
- Konjungtiva emis
- TTV : TD = 130/80mmHg, Nadi = 60 – 80x/mnt, RR = 18x/mnt, S = 36,6 ºC
-  TB: 165 cm, BB: 55 kg

1.   Pantau intake makanan setiap hari.
2.   Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
3.   Anjurkan untuk banyak mengonsumsi makanan yang tinggi protein dan kaya serat.
4.   Ciptakan suasana makan yang menyenangkan.



5.   Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia.
6.   Timbang berat badan klien setiap hari.
7.   Tawarkan makanan yang disukai klien selama tidak bertentangan dengan diet klien.
8.   Hidangkan makanan selagi hangat.
9.   Kaji TTV meliputi: TD, Nadi, suhu, RR.
10.   Kolaborasi dengan tim gizi
1.   Mengidentifikasi defisiensi nutrisi.

2.   Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein-kalori.


3.   Mempercepat perbaikan jaringan yang rusak dan memperlancar pencernaan.

4.   Membuat waktu makan lebih menyenangkan, yang dapat meningkatkan intake yang adekuat.
5.   Mengidentifikasi yang menyebabkan tidak nafsu makan.


6.   Mengetahui status gizi dan kebutuhan nutrisi klien.
7.   Meningkatkan nafsu makan klien.




8.   Meningkatkan nafsu makan klien.

9.   Membantu mengkaji keadaan klien.

10. Mengidentifikasi kebutuhan diet klien.
Kelompok I
13 Des 2011





























4






























Tujuan :
Harga diri klien meningkat setelah dilakukan tindakan intervensi selama 3 x 24 jam.
KH :
-       Klien tidak merasa malu lagi jika bertemu dengan orang lain
-       Klien mau menerima keadaan dirinya sekarang
-       Klien dapat berinteraksi dengan baik pada perawat
-       Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap
-       Kepercayaan diri klien meningkat
-       Klien dapat melakukan perannya sebagai ibu rumah tangga
-       Percaya diri klien meningkat

1.   Bina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
2.   Kaji penyebab gangguan harga diri rendah, body image, peran.
3.   Berikan motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat.
4.   Sampaikan hal-hal positif sesuai realita

5.   Gunakan sentuhan tangan jika perlu
6.   Libatkan keluarga dan orang terdekat untuk memberikan support.
7.   Berikan reinforcement yang positif
1.   Dasar mengembangkan tindakan keperawatan.



2.   Merencanakan intervensi lebih lanjut.

3.   Motivasi dapat meningkatkan kepercayaan diri.


4.   Penerimaan oleh orang lain meningkatkan perasaan makna diri
5.   Jalan untuk mendekatkan diri

6.   Support sistem dapat memotivasi dalam peningkatan harga diri klien


7.   Meningkatkan kepercayaan diri.

Kelompok I





























IMPLEMENTASI

                Nama / Umur                 : Tn. T / 26
                Kamar / Ruang               : Melati / 1

Hari / Tanggal
Pukul
NO
Dx
CATATAN
NAMA
JELAS
Selasa / 13 Desember 2011
08.00


08.15


09.00



09.30



10.15





13.00


15.30



18.20


19.00


19.25


21.00




22.05



Rabu / 14 Desember 2011
07.00


07.30


08.40



09.30



10.30



13.10


15.30



15.45

16.00


18.30



18.45



19.30


20.30



21.40



Kamis / 15 Desember 2011
08.00

08.25



09.15


10.15



11.00





13.15


16.00



17.00


17.30


19.00


20.00




22.00



1 dan 3





1


1



3



4





2


3



1


1


3


4




2



1 dan 3





1


3



4



1



2


1



1

3


1



1



3


4



2



1





1



1


3



4





2


3



1


1


3


4




2



-     Mengkaji TTV
R = TTV Klien
TD       : 130/80mmHg
RR       : 18x/mnt
N         : 82x/mnt
S         : 36,6 °C
-     Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri (1-10).
R = Klien mengatakan nyerinya dengan  skala 8.
-     Memberikan analgetik sesuai dengan anjuran dokter.
R = Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang setelah diberi obat analgetik.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit.
-     Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengerti dan percaya pada perawat serta meminta perawat untuk memberikan dukungan mental.
-     Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum susu.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit.
-     Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan  aktivitas hiburan.
R = Klien mengatakan sedikit agak rileks.
-     Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
R = Klien mengatakan nyerinya agak berkurang.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan selera makannya membaik.
-     Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengatakan kekhawatirannya dengan kondisinya sekarang.
-     Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan ingin tidur setelah minum susu.

-     Mengkaji TTV
R = TTV klien
            TD       : 125/80mmHg
            RR       : 18x/mnt
            N         : 82x/mnt
            S          : 37,1 °C
-     Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan.
R = Klien lebih rileks dan lebih lega.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan lahap mengonsumsi makanan yang disediakan.
-     Memberikan motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat.
R = Klien mengatakan terima kasih dan lebih bersemangat.
-     Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
R = Klien mengatakan nyerinya semakin berkurang.
-     Memandikan klien dengan air hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan lebih segar.
-     Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan.
R = Klien mengatakan lebih rileks setelah menghembuskan nafas perlahan-lahan.
-     Memberikan reinforcement yang positif.
R = Klien mengatakan lebih percaya diri.
-     Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan senang untuk makan.
-     Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri (1-10).
R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan  skala 5.
-     Menganjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan.
R = Klien mengatakan lebih rileks dan lebih nyaman.
-     Menciptakan suasana makan yang menyenangkan.
R = Klien mengatakan merasa sangat nyaman dan senang untuk makan.
-     Memberikan motivasi kepada klien dengan melibatkan orang terdekat.
R = Klien mengatakan terima kasih dan keluarga klien mengatakan akan mengikuti saran perawat.
-     Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum susu.

-     Mengkaji TTV
R = TTV klien
            TD       : 120/80mmHg
            RR       : 19x/mnt
            N         : 83x/mnt
            S          : 37,2 °C
-     Mengkaji keluhan nyeri klien dengan intensitas nyeri (1-10).
R = Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan  skala 3.
-     Memberikan analgetik sesuai dengan anjuran dokter.
R = Klien mengatakan nyeri sudah agak berkurang.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit.
-     Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengerti dan percaya pada perawat serta meminta perawat untuk memberikan dukungan mental.
-     Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan mengantuk setelah minum susu.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan menghabiskan satu porsi makanan dari rumah sakit.
-     Memberikan tindakan kenyamanan dasar dan  aktivitas hiburan.
R = Klien mengatakan sedikit agak rileks.
-     Mengatur posisi klien yang nyaman yang dapat mengurangi nyeri.
R = Klien mengatakan nyerinya agak berkurang.
-     Mendorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrient, dengan masukan cairan adekuat.
R = Klien mengatakan selera makannya membaik.
-     Membina hubungan saling percaya dan menjelaskan semua prosedur dan tujuan dengan singkat dan jelas.
R = Klien mengatakan kekhawatirannya dengan kondisinya sekarang.
-     Memberikan susu hangat sebelum tidur.
R = Klien mengatakan ingin tidur setelah minum susu.

K
E
L
O
M
P
O
K

I





































K
E
L
O
M
P
O
K

I










































K
E
L
O
M
P
O
K

I



EVALUASI

           Nama / Umur             : Tn. T / 26 Tahun
           Kamar / Ruang          : Melati  / 1

Hari / Tanggal / Pukul
No. Dx
CATATAN
Paraf/Nama
Selasa / 13 Desember 2011
09.00











Selasa / 13 Desember 2011
16.30









Selasa / 13 Desember 2011
11.00












Selasa / 13 Desember 2011
16.00

1













 2











3














 4

S    :Klien mengatakan rasa nyeri     
       sedikit berkurang.
O    :Klien terlihat sedikit nyaman da      
        rileks.
A    :Masalah teratasi sebagian.
P    :Lanjutkan intervens
   Kaji TTV dan keluhan nyeri klien perhatikan intensitas skala nyeri (1-10), berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan serta distraksi terhadap nyeri, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik sesuai program.

S    :Klien mengatakan tidak bisa    tidur  
       dengan nyenyak.
O    :Klien terlihat lebih nyaman    namun  
        tidak dapat tidur.
A    :Masalah teratasi sebagian.
P    :Lanjutkan intervensi
       Lakukan mandi air hangat sebelum
       tidur, berikan susu hangat sebelum
       tidur, dan jaga ketenangan 
       lingkungan klien.


S    :Klien mengatakan nafsu   
       makannya bertambah.
O    :Klien terlihat menghabiskan satu
        porsi makanan.
A    :Masalah teratasi sebagian.
P    :Lanjutkan intervensi
       Kaji TTV klien, ciptakan suasana
       makan yang menyenangkan, pantau
       intake makanan setiap hari, dorong
       pasien untuk makan diet tinggi 
       kalori kaya nutrient, dengan 
       masukan cairan adekuat, dan
       mendorong komunikasi terbuka
       mengenai masalah anoreksia.

S    :Klien mengatakan lebih percaya   
       diri dengan kondisi tubuhnya    saat
       ini.
O    :Klien terlihat termotivasi.
A    :Masalah teratasi sebagian.
P    :Lanjutkan intervensi
       Motivasi kepada klien dengan
       melibatkan orang terdekat.
Kelompok I












  
Kelompok I











Kelompok I













  
Kelompok I




EVALUASI

          Nama / Umur                 : Tn. T / 26 Tahun
          Kamar / Ruang               : Melati / 1

Hari / Tanggal / Pukul
No. Dx
CATATAN
Paraf/Nama
Rabu / 14 Desember 2011
07.00















Rabu / 14 Desember 2011
08.30








Rabu / 14 Desember 2011
15.00












Rabu / 14 Desember 2011
20.00
1

















2










3














4

S    :Klien mengatakan rasa nyeri     berkurang dengan skala 6.
O    :Klien terlihat lebih nyaman dan    rileks.
A    : Masalah teratasi sebagian.
P    : Lanjutkan intervensi
      Kaji TTV dan keluhan nyeri klien perhatikan intensitas skala nyeri (1-10), berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan klien untuk relaksasi tarik nafas dalam dan hembuskan perlahan serta distraksi terhadap nyeri, atur posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter : pemberian obat analgetik sesuai program.

S    :Klien mengatakan bisa tidur    dengan nyenyak.
O    :Klien terlihat lebih nyaman dan    lebih lelap.
A    :Masalah teratasi sebagian.
P    :Lanjutkan intervensi
       Lakukan mandi air hangat sebelum
       tidur, berikan susu hangat sebelum
       tidur, dan jaga ketenangan 
       lingkungan klien.

S    :Klien mengatakan nafsu   
       makannya bertambah.
O    :Klien terlihat menghabiskan 1   
        porsi makanan dari rumah sakit
A    :Masalah teratasi.
P    :Pertahankan intervensi
       Kaji TTV klien, ciptakan suasana
       makan yang menyenangkan, pantau
       intake makanan setiap hari, dorong
       pasien untuk makan diet tinggi 
       kalori kaya nutrient, dengan 
       masukan cairan adekuatdan
       mendorong komunikasi terbuka
       mengenai masalah anoreksia.

S    :Klien mengatakan lebih percaya   
       diri dengan kondisi tubuhnya    saat
       ini.
O    :Klien terlihat sangat termotivasi.
A    :Masalah teratasi sebagian.
P    :Lanjutkan intervensi
       Motivasi kepada klien dengan
       melibatkan orang terdekat.
Kelompok I

















Kelompok I










Kelompok I














Kelompok I










EVALUASI

        Nama / Umur          : Tn. T / 26 Tahun
        Kamar / Ruang        : Melati / 1


Hari / Tanggal / Pukul
No. Dx
CATATAN
Paraf/Nama
Kamis / 15 Desember 2011
08.00















Kamis / 15 Desember 2011
09.00








Kamis / 15 Desember 2011
13.00












Kamis / 15 Desember 2011
16.00




1

















2










3













  
4





S   :Klien mengatakan tidak   
      merasakan nyeri lagi.
O    :Klien terlihat sangat nyaman dan   
        rileks.
A    :Masalah teratasi.
P    :Pertahankan intervensi
       Kaji TTV dan keluhan nyeri klien
       perhatikan intensitas skala nyeri (1
      10), berikan tindakan kenyamanan
      dasar dan aktivitas hiburan, anjurkan
      klien untuk relaksasi tarik  
      nafas dalam dan hembuskan 
      perlahan serta distraksi terhadap
      nyeri, atur posisi yang nyaman,
      kolaborasi dengan dokter : 
      pemberian obat analgetik sesuai
      program.

S    :Klien mengatakan bisa tidur    dengan lelap.
O    :Klien terlihat lebih nyaman dan    lebih lelap.
A    : Masalah teratasi.
P    : Pertahankan intervensi
      Lakukan mandi air hangat sebelum tidur, berikan susu hangat sebelum tidur, dan jaga ketenangan lingkungan klien.

S    :Klien mengatakan nafsu   
       makannya bertambah.
O    :Klien terlihat menghabiskan 1   
        porsi makanan dari rumah sakit.
A    :Masalah teratasi.
P    :Pertahankan intervensi dx
       Kaji TTV klien, ciptakan suasana
       makan yang menyenangkan, pantau
       intake makanan setiap hari, dorong
      pasien untuk makan diet tinggi kalori
      kaya nutrient, dengan masukan 
      cairan adekuat, dan mendorong
      komunikasi terbuka mengenai 
      masalah anoreksia.

S    :Klien mengatakan percaya diri    dengan kondisi tubuhnya    saat ini.
O    :Klien terlihat sangat termotivasi.
A    :Masalah teratasi.
P    :Pertahankan intervensi
       Motivasi kepada klien dengan
       melibatkan orang terdekat.
Kelompok I

  


















Kelompok I














Kelompok I














Kelompok I







BAB III
PENUTUP

Setelah kami melaporkan kasus fiktif dan membahas Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Psikososial dan kebutuhan lain pada umumnya, kami penulis dapat menarik kesimpulan dan saran.
A.    Kesimpulan
Tahap pertama yang kami lakukan adalah melaksanakan pengkajian dengan mencari dan mengkaji data subjektif yang dapat kita peroleh dari klien maupun keluarga klien dan data objektif yang dapat kita lihat dari pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan. Di dalam pengkajian penulis melakukan beberapa tahap diantaranya adalah tahap penjajakan yang terdiri dari pengumpulan data, menentukan masalah kesehatan dan juga menentukan dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan.
Tahap kedua, setelah melakukan pengkajian, maka penulis menganalisa data tersebut dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah keperawatan. Adapun masalah keperawatan yang ditemukan pada Tn. T, adalah : Resiko gangguan rasa nyaman : nyeri b.d pertumbuhan jaringan abnormal di kaki kiri, gangguan istirahat dan tidur b.d nyeri disekitar kaki kiri, resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak adekuat : anoreksia, gangguan konsep diri : peran, harga diri rendah, body image b.d post operasi amputasi kaki kiri.
Tahap ketiga dari keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan selama 3 hari melakukan implementasi dari tanggal 13 Desember 2011 sampai dengan 15 Desember 2011, pada hari ini rencana keperawatan melibatkan pihak keluarga klien dengan harapan  tercapai dan rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh penulis. Pada tahap perencanaan meliputi penetapan tujuan dan standar evaluasi yang diharapkan setelah itu penulis menyusun rencana yang akan dilakukan serta menemukan rasionalnya. Rencana tindakan yang dilaksanakan adalah melalui tindakan keperawatan, informasi kesehatan dan kolaborasi dengan yang lain.
Tahap keempat dari proses keperawatan adalah melaksanakan tindakan yang telah ditetapkan dan menuliskan respon, baik secara subjektif maupun secara objektif yang dilaksanakan dari tanggal 13 Desember 2011 sampai dengan 15 Desember 2011.
Tahap kelima atau tahap terakhir dari proses keperawatan, yang penulis lakukan adalah tahap di mana penulis menilai perkembangan dan keberhasilan dari keseluruhan tindakan keperawatan yang penulis lakukan, hasil dari tindakan yang telah dilakukan oleh penulis adalah keempat diagnosa masalah keperawatan, untuk diagnosa 1,2,3,4 semua masalah teratasi.

B.     Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dalam praktek klinik, khususnya pada 
mahasiswa Akademi Keperawatan Fatmawati:
           1.      Dalam membuat makalah tentang kasus fiktif, kelompok diharapkan dapat memahami 
                 dan menguasai teori tentang psikososial dan kebutuhan lainnya.
           2.      Mahasiswa harus dapat melakukan tindakan keperawatan secara benar dan terampil.
           3.      Mahasiswa perlu ditingkatkan keaktifannya dalam bertanya kepada pembimbing 
                 ataupun kakak perawat lainnya.
           4.      Mahasiswa diharapkan dapat lebih menggunakan waktu sebaik-baiknya.
           5.      Mahasiswa diharapkan dapat lebih meluangkan waktunya untuk berkumpul 
d               alam pembuatan makalah untuk seminar.
           6.      Mahasiswa diharapkan dapat lebih teliti dalam membuat Asuhan Keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA

          Carpenito, L. J. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
          Doenges, M.E, dkk.1996. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
          Keliat, B.A. 1992. Gangguan Konsep Diri. Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
          Stuart G.W, dkk. 1995. Keperawatan Jiwa, Buku Kedokteran. Jakarta : EGC
          Tarwoto dan Wartonah. 2003. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. 
                          Jakarta : Salemba Medika. Ed 1.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Minta Kritik dan Sarannya yaaa :)